Rabu, 07 Agustus 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Perawat Tentang Penatalaksanaan Shock Di Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesahatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia
Shock adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan shock dan homeostasis, shock adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan. Sirkulasi darah berguna untuk mengantarkan oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa yang sudah tidak diperlukan. Shock merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.
Syok merupakan suatu kondisi akibat berbagai macam etiologi. Syok memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. syok karena dehidrasi atau syok hipovolemik merupakan penyebab tersering kematian pada bayi, anak-anak dan dewasa, insidens syok di seluruh dunia mencapai 6-20 juta penderita setiap tahunnya. Syok dapat merusak semua jaringan dan sistem organ dalam tubuh. Keterlambatan dalam mengenali dan menangani syok dapat menyebabkan perubahan yang cepat dari syok reversibel yang terkompensasi menjadi gagal multi sistem organ hingga kematian. Morbiditas syok dapat bervariasi, dari gagal ginjal, kerusakan jaringan otak, iskemia usus, gagal jantung hingga kematian
Shock digolongkan ke dalam beberapa kelompok: Shock kardiogenik  (berhubungan dengan kelainan jantung), shock hipovolemik ( akibat penurunan volume darah), shock anafilaktik (akibat reaksi alergi), Shock septik  (berhubungan dengan infeksi), shock neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf)
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok adalah harus bisa mengenal gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Pada tahun 2005 di Amerika, penyakit shock bertanggung jawab
untuk 864,500 kematian, atau 35,3% dari seluruh kematian pada tahun itu.
Sebesar 151.000 kematian akibat
Shock. Adapun
data epidemiologis pada tingkat nasional diantaranya laporan studi mortalitas
tahun 2001 oleh Survei Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa penyebab
utama kematian di Indonesia adalah
Shock sebagai akibat dari penyakit sistem sirkulasi (jantung dan pembuluh darah) sekitar 26,39%

0 komentar:

Posting Komentar