Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing,
cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang
nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling,
baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
a. Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada
fase cleaning.
b. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di
bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan
3 jam setelah kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering
diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia
(penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es
karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru
akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia – Untuk luka bakar karena
zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka
singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
c. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk
mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses
penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
d. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada
luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim
silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka
bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
e. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai
dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan
kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya
lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau
larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.]
f. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
1) Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
1) Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
2) Morphine
(IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
3) Morphine (IM-intramuskular) 0,2mg/kg
3) Morphine (IM-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya
pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC
(airway, breathing, Circulation)
a. Airway and breathing
Perhatikan
adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa
saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang
adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
b. Circulation
Penilaian
terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus)
diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan
melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi
kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai
proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari
pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya
pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak
tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan
mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh.
Cairan
infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk
diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan
formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan
(maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama,
2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg.
Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam
pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan
cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.
c. Tatalaksana luka bakar minor
1) Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak
dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan.
2) Pada luka bakar
mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan bidai
3) Pemeriksaan status
tetanus pasien
4) Pembalutan tertutup
disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang keluar dari luka
bakar menentukan frekuensi penggantian balutan
Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.
Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.
d. Tatalaksana luka bakar superfisial / dangkal
Dapat dibiarkan
terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya gelembung
cairan atau penggarukan dapat ditutup perban untuk proteksi.
e.
Tatalaksana luka bakar sebagian (partial thicknes)
1) Dilakukan pembersihan
luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril).
Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin.
2) Luka bakar superfisial
partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut
atau di plester
3) Luka bakar deep partial
thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan
antimikroba krim silverdiazin
f. Follow up
Bila
luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan
tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya
dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar
hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum
juga menyembuh.
g. Luka bakar mayor
Airway
and breathing (jalan napas dan pernapasan) Apabila ada tanda-tanda luka bakar
pada saluran napas atau cedera pada paru-paru maka intubasi dilakukan
secepatnya sebelum pembengkakan pada jalan napas terjadi.
h.
Cairan
Jika
luas area luka bakar >10% maka lakukan resusitasi cairan dan lakukan
penghitungan cairan dari saat waktu kejadian luka bakar. Pasang kateter urin
jika luka bakar>15% atau luka bakar daerah perineum NGT-pipa nasogastrik
dipasang jika luka bakar>10% berupa deep partial thickness atau full
thickness, dan mulai untuk pemberian makanan antara 6-18 jam.
Fase Akut atau Intermediet Perawatan
Luka Bakar Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti :
1. Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath
adalah terapi rendaman disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong
agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat
baik untuk melatih ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh.
2. Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver
sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.
3. Penggantian Balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD.
Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit
jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan
berandam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat
dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung
tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan
debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati.
Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan
karakteristik lain dari luka.
4. Debridemen
Tujuannya
adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan
jaringan yang sudah mati. Debridemen ada 3 yaitu
a. Alami : jaringan mati
akan memisahkan diri secara spontan
b Mekanis : penggunaan
gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat jaringan mati.
c Bedah : tindakan operasi
dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai mengupas kulit yang
terbakar
5. Graft Pada Luka Bakar
Adalah
pencangcokan
kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk jaringan granulasi. Jaringan ini akan mengisi
ruangan ditimbulkan oleh luka, membentuk barier yang merintangi bakteri dan
berfungsi sebagai dasar untk pertumbuhan sel epitel.
1. Dukungan Nutrisi
Nutrisi
yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
Fase Rehabilitasi
Meskipun
aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada tahap akhir, tetapi
proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah terjadinya luka bakar
sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri dan
gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan
pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus
berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan
status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya
yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat bekerjasama
dengan fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak. (Smeltzer, 2001)
0 komentar:
Posting Komentar