Kamis, 08 Agustus 2013

Gambaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Bidan Tentang Komunikasi Terapeutik Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2015” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai konstribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku yang sehat.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Keterlibatan Bidan dalam persalinan adalah kunci terjadinya angka tersebut oleh karena itu, pengetahuan, sikap dan pendidikan serta motivasi bidan sangat diperlukan terkait dengan kinerja bidan dan juga berperan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik.
Bidan adalah seorang yang harus mampu memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, ibu nifas dan menolong persalinan dengan tanggungjawabnya sendiri serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat dalam memberi asuhan termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapat bantuan medik. Dengan memperhatikan sosial budaya masyarakat Indonesia maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang wanita yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk registrasi, sertifikasi dan secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
aktifitas bidan meliputi peran dan fungsi asuhan/pelayanan bidan, praktik bidan, pengelola institusi bidan, pendidikan klien individu, keluarga dan masyarakat serta kegiatan penelitian dibidang kebidanan. Kinerja bidan merupakan suatu sikap kesetiaan dan kepercayaan yang ditunjukkan oleh bidan dengan memberikan perhatian lebih terhadap organisasinya dalam melakukan aktifitas bidan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap klien sehingga dapat memberikan kepuasan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tercapainya harapan institusi dan profesi, adanya peningkatan hasil kerja serta motivasi dan kerjasama yang tinggi.
Salah satu tujuan pembangunan Millenium (Millennium Development Goal) adalah peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan pembangunan Millenium yang beberapa waktu yang lalu dicanangkan oleh pemerintah merupakan langkah maju untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Millennium Development Goal yang gaungnya hampir sama dengan Indonesia Sehat 2010 yang tujuannya adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dan dengan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Studi oleh Tim Pusat Penelitian Pembangunan Pelayanan Teknolgi kesehatan tentang kinerja bidan tahun 2005 menunjukkan bahwa 39,8% tenaga bidan masih melakukan tugas-tugas non kebidanan, 47% tenaga bidan tidak memiliki uraian tugas secara tertulis, dan belum dikembangkan monitoring dan evaluasi kinerja tenaga bidan secara khusus.
Penilaian kinerja bidan dapat dilihat berdasarkan kinerja kerja bidan terhadap setiap aktifitas bidan dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Dapat melaksanakan tugas sesuai dengan harapan organisasi tanpa perintah dan pengawasan dari atasan, mempunyai semangat kerja yang tinggi, mempunyai hubungan kerjasama yang baik dengan atasan dan sesama bidan lainnya dan dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan tugas-tugas rutin yang dilaksanakan setiap hari dengan komunikasi secara efektif dapat menjadi pengobatan tersendiri sebagai dasar untuk membantu klien.
Puskesmas merupakan salah satu sarana yang paling efektif memberikan pelayanan. Bidan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan berkomunikasi secara efektif sehingga komunikasi yang disampaikan menjadi terapeutik bagi klien yang membutuhkan bantuan dan pelayanan sehingga mampu memberikan kepuasan kerja konsumen. Maka, untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan profesionalisme bidan dan relatif memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan-perbedaan yang dimilikinya. Baik yang menyangkut pengalaman kerja maupun pendidikan dan pengetahuan ().

0 komentar:

Posting Komentar