a. Cara kerja :
Telah
diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak ½ sampai 1 derajat celcius pada
hari ke 12 sampai ke 13 menstruasi di mana ovulasi terjadi pada hari ke 14
setelah menstruasi suhu naik lebih dari suhu basal sehingga siklus menstruasi
yang disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik. (Manuaba,2008)
Pantang
berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan pengetahuan dan metode
pengukuran suhu basal memerlukan
pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat bermanfaat.
Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%. Kelemahan sistem pantang berkala adalah
pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat, hanya dapat digunakan oleh
mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30
hari. (Manuaba, 2008)
Peninggian
suhu badan basal 0,2-0,5 drajat celcius pada waktu ovulasi. Peninggian suhu
badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi dan disebabkan oleh peninggian kadar
hormon progesteron. (Hanafi Harianto,2004)
Pengukuran
suhu basal badan diselenggarakan setiap hari sesudah haid berakhir sampai
mulainya haid berikutnya. Ini dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan
kegiatan apa–apa, dengan memasukkan thermometer dalam rectum atau dalam mulut
di bawah lidah selama 5 menit. (Sarwono, 2009)
pengukuran
dilakukan secara : oral (3 menit), rektal (1 menit) ini secara terbaik, vaginal.
(Hanafi Harianto,2004)
Hormone
progesterone yang disekresi oleh korpus luteum setelah ovulasi, bersifat
termogenik atau memproduksi panas. Karena itu dapat menaikkan suhu tubuh 0,050C
sampai 0,20C dan mempertahankan pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya.
Peningkatan suhu tubuh sebagai peningkatan termal dan ini merupakan dasar dari
metode suhu tubuh dasar ( STB) (Saifuddin.dkk, 2006).
b. Petunjuk penggunaan
Metode Suhu Tubuh Bassal
1)
Ukur suhu ibu pada waktu yang
hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dam catat suhu ibu
pada kartu yang disediakan oleh instruktur Keluarga Berencana Alamiah (KBA) ibu.
2)
Pakai catatan suhu pada kartu
tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah” (misalnya,
catatan suhu harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa).
Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
3)
Tarik garis pada 0,05o
– 0,1o C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini
dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
4)
Masa tak subur mulai pada sore
hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis
pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu). (Sarwono, 2006)
Pantang sanggama mulai dari awal
siklus haid sampai sore hari ketiga berturut – turut setelah suhu berada di
atas garis pelindung (cover line).
Masa pantang pada Aturan Perubahan Suhu lebih panjang dari pemakaian Metode Ovulasi Billings (MOB). (Sarwono, 2006)
Catatan:
1)
Jika salah satu dari 3 suhu
berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari,
ini mungkin tanda bahwa ovulasi
belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan
tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama.
2)
Ketika mulai masa tak subur, tidak
perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid
berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya. (Sarwono,
2006)
a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu basal
Dengan
menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan jalan pantang berkala dapat
ditingkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa factor
dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya
infeksi, kurang tidur, minum alcohol, dan sebagainya. (Sarwono, 2009)
1).
Influenza atau infeksi traktusrespiratorius lain.
2).
Infeksi atau penyakit-penyakit lain yang meninggikan
suhu badan
3).
Inflamasi lokal lidah,mulut atau daerah anus.
4).
Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, mengganti
popok bayi pukul 6 pagi.
5).
Jam tidur yang ireguler
6).
Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan
suhu badan basal.
7).
Pemakaian selimut elektris.
8).
Kegagalan membaca termometer denga tepat atau baik.
(hanafi harianto, 2004)
d. Macam-macam peninggian suhu badan basal
1).
Peninggian suhu mendadak. Ini yang paling sering
terjadi.
2).
Peninggian suhu yang
perlahan-lahan (gradual).
3).
Peninggian suhu yang bertingkat, umunnya didahului
penurunan suhu yang cukup tajam.
4).
Peninggian suhu seperti gigi gergaji. (hanafi
harianto,2004)
Catatan
a. Ada
beberapa kasus, kadang suhu badan basal sama sekali tidak meninggi selama ovulasi, atau kadang sudah meninggi,
pra-ovulasi.
b. Demikian
pula pada siklus haid yang An-ovulatoir suhu badan basal tidak meninggi, dan
ini ditemukan pada:
- gadis muda
- klimakterium segera post partum
atau post abortus
- laktasi
c. Bila tidak
terjadi vertilisasi, korpus luteum akan berhenti bekerja, produksi hormon
progesteron menurun, dan akhirnya suhu badan basal menurun lagi.
d. Suhu badan post
ovulasi adalah lebih tinggi dari pada suhu badan pra ovulasi, meskipun tidak
terjadi ovulasi. (hanafi harianto,2004)
0 komentar:
Posting Komentar